28 Feb 2012

Silat Sebagai Gaya Hidup.

Melalui komunitas, para penggemar silat berusaha mempopulerkan dan membuang image kampungan olahraga ini.

“Pencak silat adalah seni beladiri tradisional bangsa. Bila ada yang mengatakan silat adalah olahraga kampungan berarti kita menghina diri kita sendiri.”
Perkataan itu diucapkan Presiden Persilat Eddy M Nalapraya pada diskusi bulanan yang diselenggarakan Komunitas Pencak Silat Indonesia (SilatIndonesia.com) Maret 2008 lalu. Eddy Nalapraya selaku penasehat komunitas ini tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada generasi muda yang bergabung di dalamnya.
Pencak silat sebagai seni beladiri warisan turun temurun nenek moyang bangsa kita, telah melalui perjalan jaman yang sangat panjang, Ketika kepulaun Nusantara ini masih terdiri dari kerajaan-kerajaan, para bangsawan dan kesatrianya menjadikan silat sebagai sebuah kebanggaan tersendiri karena disaat itulah kerajaan-kerajaan di Nusantara mencapai kejayaan, tak pernah ditaklukkan oleh kerajaan lain. Keperkasaan bangsa kita dahulu kala karena menjadikan silat sebagai akar pertahanan dan strategi mereka.
Kini, muncul anggapan pencak silat adalah olahraga kampungan. Ini didasari oleh image yang dikembangkan pada jaman penjajahan dimana perkembangan pencak silat memang dimulai dari desa dan perkampungan untuk melawan penjajah. Karena pada masa itu penjajah sangat alergi terhadap beladiri ini, yang menjadi salah satu alat perjuangan yang sangat ampuh bagi bangsa kita masa itu.
Namun, kapankah image kampungan bisa hilang dari pemikiran bangsa kita sendiri terutama generasi mudanya?
“Jika dikatakan pencak silat kurang populer dibanding olahraga lainnya mungkin bisa saja benar. Kalau demikian maka menjadi tugas kita bersama untuk mempopulerkan, bukan mengganggap remeh kemudian meninggalnya”, ujar Eddy Nalapraya.
Setidaknya yang dikatakan oleh Eddy M Nalapraya menjadi cambuk bagi anggota komunitas pencak silat Indonesia yang pada umumnya adalah pesilat dari beragam perguruan dan latar belakang yang berbeda-beda. Mereka berkumpul dan mengadakan kegiatan untuk mengasah kecintaan mereka terutama pada silat tradisional yang merupakan ruh dari pencak silat yang saat ini berkembang.
Di dalam Komunitas pencak silat Indonesia, silat bukan lagi menjadi olahraga biasa dan bukan pula bertujuan untuk mencari kesaktian. Akan tetapi sudah menjadi suatu gaya hidup anggota yang umumnya adalah mahasiswa, pedagang, karyawan hingga professional muda.
Komunitas pencak silat Indonesia berawal dari kegiatan online di salah satu mailing-list (milis) yang bernama silatindonesia pada 2004, sekitar 500-an anggotanya tersebar dari berbagai wilayah di Indonesia hingga ke mancanegara. Dari berbagai obrolan di milis inilah ide-ide akhirnya dapat direalisasikan bersama sebagai kegiatan yang nyata”, ujar Yanweka, seorang pendiri komunitas ini.
Dari kegiatan inilah lahir Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia (FP2STI) pada 30 Juni 2006 di Padepokan Pencak Silat Nasional (TMII). Ada sekitar 30 orang pendiri tokoh dunia persilatan hadir disana, antara lain adalah Oong Maryono dari Persilat, Hartono pelatih Tim Nasional Vietnam, Kisawung praktisi aliran Sabandar, H. Aziz praktisi silat Cikalong, Edward Lebe praktisi pengembang Silat Minang, Gembiro dan Rifai dari IPSI.
Ditunjuk pula pada waktu itu Eko Hadi dipercaya sebagai Koordinator. Sejak itulah berbagai program mulai digulirkan, seperti kegiatan Wisata Silat, Diskusi Bulanan, Silaturahmi dengan perguruan silat tradisional di seluruh Indonesia, maupun kegiatan pelestarian dalam bentuk pelatihan Silat Tradional yang di buka untuk umum seperti Cingkrik, Sabeni, Paseban lama, Cikalong, Silat Minang, Silat Tuo dan lain-lain.
Kegiatan rutin yang cukup diminati adalah Diskusi Bulanan Sahabat Silat karena pada kegiatan ini biasanya turut mengundang perguruan silat untuk memperkenalkan kembali jurus, sejarah perguruan, hingga keunikkan pada aliran silat tersebut. “Kegiatan ini dibuka untuk umum tanpa dipunggut biaya, asal ada niat saja” ujur Alda F. Amtha dan Ian Syamsudin selaku panitia kegiatan.
Kegiatan yang tak kalah menariknya adalah wisata silat, karena di kegiatan ini peserta diajak berwisata ke suatu daerah sambil mengunjungi objek wisata budaya terutama silat yang berkembang dari daerah tersebut.
Selain mengadakan berbagai kegiatan, komunitas ini aktif mempublikasikan tulisan-tulisan mengenai silat tradisional, bahkan telah diliput oleh berbagai televisi swasta dan radio.
Mereka juga menjalankan dokumentasi online berupa situs web sudah dikembangkan sejak tahun 2005. Silatindonesia.com menjadi situs resmi yang menampung beragam tulisan baik dari anggotanya hingga tulisan dari media lainnya yang berhubungan erat dengan pencak silat. SilatIndonesia.com bukan satu-satunya situs web yang dikembangkan untuk mempopulerkan silat tradisional karena ada situs lainnya seperti sahabatsilat.com sebagai media forum diskusi yang saat ini mencapai ratusan anggotanya dari seluruh dunia.
Ditambah satu situs berbahasa inggris melalui alamatnya di sahabatsilat.org dan situs khusus untuk silat tradisional, silattradisi.com, “semua situs ini dikelola secara bersama-sama dan tentunya bekerjasama dengan pihak lainnya” ujar Yanweka dan Luri Darmawan sebagai pendiri situs.
“Sejak bergabung dengan sahabatsilat.com saya mulai terbuka dengan pencak silat, selama ini saya mengenal pencak silat sebatas dari keluarga, dan teryata silat yang saya pelajari ini memang sudah mulai punah, dan kesadaran saya untuk melestarikannya kini sangat kuat,” ujar Abdul Rasyid salah satu karyawan di sebuah BUMN yang kini aktif di Forum Diskusi online sahabatsilat.com.
Lain lagi dengan cerita Iwan setiawan yang saat ini menjabat sebagai koordinator silat cingkrik goning. “Selain melestarikan silat tentunya juga kita belajar menghargai guru-guru silat. Umumnya mereka memberikan ilmunya tanpa imbalan apa-apa, setidaknya dengan hadirnya kita generasi muda dapat memberikan semangat bagi mereka bahwa apa yang mereka miliki kini adalah sesuatu yang sangat berharga. Karena mereka pulalah setidaknya aliran silat tradisional yang umumnya sudah sulit di temukan kini dapat di pelajari oleh kita anak muda.”

Melalui komunitas pencak silat Indonesia tentunya ada sedikit pradigma baru terutama semangat kebersamaan dari generasi muda yang umumnya bukan pesilat prestasi. Menjadikan silat sebagai hobi dan gaya hidup, membuang kejenuhan mengisi waktu luang di akhir pekan.
Semangat komunitas inilah yang menyebabkan rasa persahabatan dan silaturahmi sesama penghobi pencak silat tetep terjalin dengan akrab baik melalui komunikasi online dan juga saat tatap muka di akhir pekan untuk berkumpul maupun latihan bersama.
“Setidaknya dengan olahraga ini saya punya sedikit beladiri dan tentunya badan jadi sehat,” jelas Ezra, mahasiswa yang aktif berlatih Cikalong.
“Silat melatih diri dan kecerdasan secara menyeluruh, tidak hanya fisik tapi juga mental, bahkan spiritual,” tegas Rama. “Yang kesemuanya diolah dengan menggunakan gerak fisik silat yang di dalamnya terkandung unsur konsentrasi, koordinasi, mawas atau sadar akan diri baik fisik maupun non fisik, keseimbangan, energi dan rasa.”
Di Indonesia, pencak silat dikelola oleh Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang berdiri pada 18 Mei 1948. 60 tahun IPSI berdiri, perjalanan dan perjuangan yang sangat panjang dalam memperkenalkan dan mengembangkan pencak silat ke lima benua, dan setidaknya kini pencak silat memang sudah mendunia dengan dibentuknya Persekutuan Pencak Antar Bangsa (Persilat) pada 11 Maret 1980 oleh beberapa Negara di Asia Tenggara dengan jumlah anggotanya saat ini telah melebihi 20 negera.
Kita berharap pencak silat ini mendapatkan dukungan dari kita semua termasuk komunitas pencak silat Indonesia dan juga masyarakat pada umumnya, sehingga tidak ada alasan lagi bahwa silat adalah olahraga kampungan.

2 komentar: